23.8.11

PARAMORE REBUT HATI PENONTON JAKARTA!



Seperti konser pertamanya di Indonesia di Lotus Pond, Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali tanggal 17 Agustus lalu, Paramore Live in Concert, yang digelar di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta pun sukses menyedot puluhan ribu penonton.
Dipanaskan dengan penampilan grup band The Swellers kurang lebih setengah jam, para penonton pun seolah dipompa semangatnya terlebih dahulu oleh Nick Diener dkk, sebelum penampilan utama.
Pukul 21.30 WIB, Paramore naik panggung. Hayley Williams (vokal), Jeremy Davis (bas), dan Taylor York (gitar), langsung menggelontorkan IgnoranceFeeling Sorry, dan That's What You Get sebagai deretan lagu pembuka.
"Jakarta, Indonesia, kami di sini sekarang, kalian terlihat hebat dan cantik malam ini. Ini mimpi yang terwujud. Mungkin kalian harus kami beritahu bahwa kami adalahParamore," sapa Hayley setelah lagu Feeling Sorry di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Jumat (19/8) malam.
Ajakan bersenang-senang ala Hayley pun diwujudkan dengan aksi loncat, lari dan head-banging di atas panggung. Vokalis cantik berambut merah ini memang tampil sangat enerjik.
"Ayo bersenang-senang. Kami udah menunggu terlalu lama untuk bisa sampai di sini," lanjut Hayley sebelum membawakan lagu bertempo cepat, For a Pessimist yang disusul dengan EmergencyPlaying God, dan OST Twilight, Decode.
"Kalian emang penyanyi yang bagus," puji Haylley.
19 lagu sudah, digelontorkan Paramore, termasuk PressureLooking UpThe Only Exception, Brick By Boring Brick, dan Missery Bussines yang menjadi lagu pamungkas.
"Terima kasih atas kesabaran kalian menunggu kami selama ini. Kalian telah mengubah hidup kami. Kami Paramore, kami cinta kalian," pungkas sang vokalis yang disambut riuh penonton.
Sayangnya gua ga nonton. huaaa nyesel abis! :(

14.7.11

Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pemanasan global, selain menyebabkan perubahan iklim, juga menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter. Demikian diungkap Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof Dr Jumina, di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta, Senin (11/4/2011).
Lebih lanjut, Jumina mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500.
"Artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu," tutur Jumina.
Terjadinya peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus itulah yang menyebabkan para pakar lingkungan merasa sangat prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi CO2 pun dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999. Sayang, Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua di dunia hingga saat ini belum bersedia menandatangani protokol tersebut.
"Begitu pula China yang merupakan penghasil emisi CO2 terbesar di dunia," ungkapnya kemudian.
Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi CO2 dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi CO2 domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, maka penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. "Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," jelas Jumina.
Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan ketahanan energi dalam arti terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. "Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus," kata Jumina.
Kenyataan, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan faktor utama. Untuk itu, PSE UGM bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UGM menggelar seminar sehari "Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Energi Bersih Menuju Ketahanan Energi Nasional", di gedung Pascasarjana UGM, Selasa (12/4/2011).
Seminar menampilkan beberapa narasumber, antara lain anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Dr Ir Tumiran MEng; Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas Ir Jadhie J Ardajat MSi; Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dr Ing Evita Legowo; Direktur Energi Primer PLN Ir Nur Pamudji MEng; Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Ir Arryanto Sagala; serta Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ir Luluk Sumiarso MSc.